Foto: Internet |
DEHIDRASI atau kekurangan cairan terkadang menjadi hal yang terkesan sepele.
Padahal, pada satu kondisi tertentu, kurangnya cairan pada tubuh dalam jumlah yang tak bisa ditolerir tubuh, bisa berujung pada kematian.
Normalnya, sekitar 60 persen tubuh manusia terdiri dari cairan.
Setiap harinya, manusia mengeluarkan sekitar 1,7 liter cairan tubuh melalui urine.
Sebanyak satu liter keluar melalui usus (tinja) dan satu liter keluar melalui keringat dan pernapasan.
Oleh karena itu, manusia memerlukan cairan minimal tiga liter per hari untuk mengimbangi cairan yang dikeluarkan. Apabila jumlah cairan yang dikeluarkan, tidak diimbangi pasokan cairan ke dalam tubuh, maka akan terjadi dehidrasi.
"Dehidrasi yaitu suatu kondisi di mana tubuh kekurangan cairan. Jadi, saat haus, harus waspada. Makin parah, tubuh akan mengalami kelelahan," terang dr Catharina Debora Lobo dokter umum RS Awal Bros Batam.
Dehidrasi sendiri sebenarnya masih bisa dibedakan menjadi tiga kategori. Yakni ringan, sedang dan berat.
Dehidrasi ringan terjadi jika cairan yang hilang 5 persen dari berat badan. Sedangkan, dehidrasi sedang dan berat mengurangi berat badan hingga 10 persen lebih.
"Untuk dehidrasi ringan biasa ditandai dengan rasa haus yang sangat, sehingga merangsang penderita untuk minum lebih banyak. Jika kebutuhan air tidak segera terpenuhi dehidrasi akan semakin berat" jelas dokter muda yang biasa disapa dr Debby ini.
Dehidrasi berat dapat ditandai dengan mata cekung, kulit menjadi tidak elastis atau bila dicubit bekas cubitan tidak cepat kembali, tangan dan kaki dingin, bahkan bisa terjadi shock hipovolemik.
"Shock hipovolemik inilah yang apabila tidak segera diberi penanganan pasien dapat meninggal dunia,"ungkapnya.
Selain perbedaan tanda-tanda dehidrasi tersebut, ada satu tanda dehidrasi yang berlaku umum (selalu muncul pada tingkat dehidrasi mana pun), yaitu pengurangan frekuensi dan volume urine serta perubahan warna air seni.
Orang yang terkena dehidrasi selain jadi jarang kencing dan jumlahnya sedikit, warna air seninya juga jadi lebih pekat.
Semakin tinggi tingkat dehidrasinya, warna air seni akan semakin pekat.
Penyebabnya, kalau dehidrasi tubuh secara otomatis akan menahan semua cairan, termasuk cairan yang mestinya dibuang seperti air seni.
Semakin lama lama air seni itu ditahan, maka jumlah kotoran yang terkandung di dalamnya akan semakin banyak, hingga mengakibatkan warnanya menjadi keruh.
Mengenai pemicu yang bisa menimbulkan dehidrasi ada cukup banyak. Selain karena kurang minum, bisa juga akibat penguapan tubuh.
Adanya serangan penyakit seperti diare, muntaber, demam berdarah, dan sebagainya bisa memicu terjadinya dehidrasi.
Dibandingkan orang dewasa, orang tua dan anak-anak jauh lebih rentan terkena dehidrasi.
Soalnya, tubuh anak kecil banyak mengandung lemak, dan lemak hanya mengandung air lebih kurang 20 persen.
Sementara tubuh orang yang sudah tua, kadar air dalam tubuhnya sudah semakin menurun akibat proses penuaan organ-organ tubuh.
Tapi, kalau dilihat dari perbandingan jenis kelamin, perempuan lebih mudah terserang dehidrasi dibandingkan laki-laki.
Penyebabnya sama seperti pada anak kecil, tubuh perempuan lebih banyak lemak daripada tubuh laki-laki.
Lain halnya jika risiko terkena dehidrasi dilihat dari adanya aktivitas tubuh.
Remaja justru jauh lebih rentan terkena dehidrasi. Jumlah kegiatan fisik yang menguras keringat biasanya terjadi pada fase usia ini.
Saat melakukan berbagai kegiatan fisik tersebut, kulit pasti banyak mengeluarkan keringat. Paru-paru pun banyak mengeluarkan uap melalui pernapasan.
Jika proses penguapan dan kehilangan cairan tak segera digantikan dengan cairan baru, maka akan memunculkan berbagai efek pada tubuh.
Seperti haus, kehilangan nafsu makan, sakit kepala, kehilangan keseimbangan, sulit menelan makanan hingga ketulian.
Jika tidak segera mendapat perhatian, maka bisa diikuti dengan penurunan kemampuan berpikir.
Tingkat paling parah adalah penderita mengalami heat stroke karena penderita bisa koma dan berujung pada kematian.
Dehidrasi perlu mendapat penanganan yang baik terutama terhadap bayi dan anak-anak yang sangat rentan mengalami dehidrasi.
Dehidrasi ringan dapat ditangani sendiri yaitu dengan minum air sebanyak-banyaknya hingga penderita tidak merasakan haus lagi.
Sedangkan dehidrasi berat, penanganannya tergantung penyebabnya. Dehidrasi berat biasanya disebabkan oleh diare, muntaber, DBD dan demam.
"Untuk terapi bagi penderita dehidrasi berat, tergantung penyebabnya. Tapi yang utama yaitu harus terapi cairan dulu baik melalui oral maupun infuse" jelas dr Debby.
Apabila dehidrasi berat diakibatkan diare, biasanya terapi menggunakan oralit atau cairan gula garam.
Selanjutnya diberi terapi diet rendah serat untuk menghentikan BAB-nya. Sedangkan untuk penderita muntaber (muntah berak) ditambah dengan obat anti mual.
"Karena itu jangan sepelekan baik rasa haus berlebihan maupun diare, segera minum sebanyak-banyaknya hingga rasa haus itu hilang. Apabila kondisi pasien sudah mulai lemah, segera bawa ke rumah sakit terdekat" sarannya. (*)
Morning Sickness Picu Dehidrasi
DEHIDRASI atau kekurangan cairan bisa menimpa siapapun dari berbagai kalangan usia. Baik tua maupun muda.
Selain anak-anak dan orang tua yang notabene lebih berisiko saat mengalami dehidrasi, wanita hamil juga harus lebih intens dalam memerhatikan kondisi tubuhnya dari kemungkinan dehidrasi.
Di awal kehamilan atau trimester pertama kehamilan, seorang wanita lebih cenderung mengalami morning sickness.
Kondisi ini tak jarang membuat wanita hamil mengalami mual hingga muntah. Bahkan, ada yang selalu memuntahkan apapun yang masuk ke dalam perut.
Dan bila hal tersebut tak diimbangi usaha memasukkan kembali makanan dan minuman, maka bisa berpotensi menyebabkan dehidrasi.
Terlebih, selama hamil, kelenjar keringat biasanya bekerja lebih aktif, dan pembuluh darah pada kulit juga membesar, sehingga tubuh ibu hamil selalu banyak berkeringat.
Bila pengeluaran cairan melalui keringat tak diganti cairan baru dengan mengonsumsi minuman secara cukup, dikhawatirkan bakal membuat wanita hamil mengalami dehidrasi baik skala ringan maupun berat.
"Ibu hamil yang mengalami dehidrasi harus diberi cairan berupa larutan garam elektrolit, misalnya oralit. Bila oralit tidak tersedia, dapat dipakai larutan gula dan garam yang dibuat sendiri. Tapi, bila tidak juga pulih, ibu hamil dehidrasi perlu diberi cairan melalui infus di rumah sakit,"saran dr Deby.
Penanganan secara serius terhadap kejadian dehidrasi pada wanita hamil penting dilakukan karena bisa membahayakan kesehatan ibu dan janin dalam kandungan.
Itu karena, dehidrasi akan memicu pengenceran darah (hemodilusi), yang membuat sirkulasi darah serta suplai oksigen ke plasenta dan janin terganggu.
Selain itu, dehidrasi yang disebabkan diare, demam atau penguapan tubuh yang berlebihan, juga membuat mekanisme pertahanan tubuh jadi terganggu. (*)
Sama-sama, mudah-mudahan artikelnya bermanfaat. Dan semoga anaknya lahir dengan selamat dan sehat. Amiin...
BalasHapus