18 Agustus 2008

CARA Mengatasi Anak Malas Belajar

freepik.com
CARA MENGATASI ANAK MALAS BELAJAR


SELAMA dua bulan terakhir, Rasti (32), dibuat pusing oleh Farel (8) anak semata wayangnya yang semakin hari semakin enggan diajak belajar. Kalaupun mau diajak belajar, Farel lebih banyak bercanda atau bahkan membuat ulah yang kadang membuat Rasti jengkel.
Dan saat diberi nasehat, Farel justru menutup kedua telinganya seolah tak mau mendengarkan apa yang dikatakan ibunya. Ekspresi itu sungguh kontras dengan saat Farel bermain games di komputer yang sengaja disiapkan untuk membantu Farel mengenali manfaat komputer.




SEBENARNYA, masalah yang dialami Rasti bukanlah persoalan baru karena kerap dialami dan dikeluhkan para orangtua.

Namun, tak sedikit orangtua yang akhirnya memilih membiarkan anak melakukan apa yang mereka inginkan.

Bisa jadi karena tak mau pusing mendengar tangisan anak atau bahkan karena sudah putus asa dan tak tau harus berbuat apa lagi.






Lantas apa sih sesungguhnya yang menyebabkan anak menjadi enggan belajar? Apakah memang benar mereka malas atau ada faktor lain yang masih bisa ditangani orangtua?


"Keengganan anak untuk belajar baik belajar sendiri ataupun didampingi orangtua sebenarnya dipicu oleh banyak faktor. Tapi kebanyakan, karena anak merasa tak ada tantangan yang bisa memacu semangat belajar mereka,"ungkap Mardien Suprapti, Psikolog Batam Medical Centre (BMC) yang juga konselor di SMA Kartini Batam.


Tantangan itu sendiri bisa berasal dari ketegasan orangtua yang mengharuskan anak belajar berikut sanksi yang harus terima saat anak melanggar.

Selain itu, orangtua juga cenderung tak konsisten dengan penegakan aturan main yang telah ditetapkan tersebut.

"Kurangnya tantangan akan membuat anak menjadi cepat bosan dan tidak bersemangat dalam menjalani aktivitas belajar. Apalagi, kalau orangtua menerapkan aturan dengan setengah- setengah. Hari ini tak boleh tapi besok boleh. Kalau sudah begitu, anak akan mengandalkan rengekan untuk mendapatkan apa yang diinginkan termasuk bebas dari kewajiban belajar,"terang Mardien.

Pada awalnya memang tak mudah menerapkan aturan tegas bagi anak.

Namun, jika ketegasan itu diterapkan secara terus menerus dan konsisten, lama kelamaan anak akan memahami apa yang harus mereka lakukan sebagai sebuah kewajiban.

Bahkan, pada akhirnya anak justru akan menganggap belajar adalah sebuah kebutuhan yang jika tak dilakukan akan membuat anak 'kehilangan' sesuatu.

Artinya, tanpa disuruh belajar pun, anak akan memahami dengan sendirinya bahwa mereka harus belajar.

Selain ketegasan dan konsistensi, penciptaan suasana yang menyenangkan bagi anak merupakan faktor penting yang tak boleh diabaikan.

Sebab, suasana memiliki peran yang besar untuk membangkitkan mood anak agar lebih semangat belajar.

"Belajar tak harus dilakukan dalam ruang belajar, harus duduk diam dan tak boleh diselingi candaan yang menyegarkan. Karena ruang keluarga, teras atau ruang santai lain sebenarnya juga bisa menjadi tempat anak belajar,"saran Mardien.

Walau bisa dilakukan di semua ruangan, tapi ada hal penting yang harus diperhatikan orangtua agar konsentrasi belajar anak tak pecah.

Sebisa mungkin jauhkan anak dari hal-hal yang bisa memecah konsentrasi mereka. Sebut saja, tontonan televisi, games, mainan, atau hal-hal lain yang justru akan mengalihkan perhatian anak. (*)






Ajak Anak Curhat dari Hati ke Hati


SEORANG anak, meskipun masih kecil tetapi mereka tetaplah sebuah pribadi yang ingin didengarkan pendapatnya oleh orang dewasa khususnya oleh orangtua.

Artinya, tak berbeda dengan orang dewasa, anak-anak juga tak senang jika dipaksa melakukan sesuatu yang sama sekali tak mereka sukai.

Sehingga, sebelum membuat aturan main yang akan diberlakukan terkait kewajiban belajar, orangtua sebaiknya mendengarkan keinginan anak.

Bagaimana metode belajar yang mereka inginkan, kapan waktu belajar yang disukai, dan sebagainya.

"Ajak anak berdiskusi dan menyampaikan keinginan mereka.Pembicaraan dari hati ke hati akan membantu orangtua memahami apa yang paling membuat anak merasa nyaman,"jelas Mardien Suprapti.

Dalam proses diskusi tersebut, sebisa mungkin orangtua menanamkan empati.

Diskusi bisa dimulai dengan hal-hal yang ringan terlebih dulu sebelum akhirnya ke tujuan utama terkait kewajiban belajar.

Bila perlu diskusi bisa dilakukan di tempat yang disukai anak. Misalnya di restoran atau tempat favorit anak.

Berbekal hati yang senang, biasanya anak akan lebih mudah mengungkapkan perasaan dan keinginan mereka dengan lebih nyaman. Bukan itu saja, lewat diskusi dan sharing itu juga akan membuat anak merasa dihargai.

"Lewat diskusi, anak akan lebih bertanggungjawab dengan kesepakatan yang telah dibuat. Apalagi, jika orangtua memberikan gambaran tentang manfaat belajar untuk kehidupan masa depan. Tentunya disesuaikan usia anak. Misalnya anak pintar bisa jadi dokter, polisi dan sebagainya,"katanya.

Tak ada salahnya juga orangtua memberikan iming-iming berupa hadiah jika anak berhasil meraih prestasi.

Misalnya menyiapkan hadiah spesial jika anak berhasil juara kelas atau hadiah lain yang bisa menjadi pemacu semangat belajar anak.

Yang tak boleh dilakukan adalah menetapkan target juara yang harus dipenuhi anak.

Sebut saja kalau tak juara akan dihukum dan sebagainya. Itu karena, target justru akan membuat anak merasa tertekan dan terbebani.

"Anak yang terbebani target oleh orangtuanya justru cenderung menghindari belajar, berbohong agar tak dimarahi, malas belajar, mengganggu temannya, suka menyendiri dan sebagainya,"ungkap Mardien.

Sehingga, daripada menetapkan target juara, akan jauh lebih baik jika orangtua memberikan semangat, pujian, reward atau penghargaan saat anak mencapai prestasi.

Juga bantu anak untuk mengenali kelebihan mereka agar bisa menjadi prestasi yang membanggakan. (*)






Belajar tak Perlu Lama tapi Rutin


MEMBIASAKAN anak untuk belajar secara rutin memang bukan persoalan mudah. Terlebih, bila anak tidak memiliki semangat dan keinginan kuat untuk terus belajar.

Namun, sulit bukan berarti tak bisa dilakukan.

Sebab, dengan cara yang tepat akan membuat anak kembali bersemangat belajar atau bahkan justru menjadikan belajar sebagai aktivitas menyenangkan.

Nah, sebagai panduan, berikut ini ada sejumlah tips yang mungkin bisa menjadi panduan orangtua dalam mengajak anak agar mau belajar:

1. Ajak anak untuk sharing dan menceritakan keluhan yang menyebabkan mereka enggan belajar. Melalui pendekatan emosional, anak akan lebih nyaman menyampaikan keinginan mereka.

2. Jika anak tetap enggan untuk belajar, jangan bosan merayu anak hingga meraka mau. Tapi ingat, jangan menempelkan predikat malas pada anak. Karena kata-kata malas itu akan terus- terusan melekat dalam ingatan mereka.

3. Agar anak bersemangat, ciptakan suasana yang menyenangkan. Belajar tak perlu di kamar atau ruang belajar tapi bisa di teras, ruang keluarga atau taman. Yang penting, jauhkan dulu hal-hal yang bisa memecah konsentrasi anak seperti tayangan televisi, games atau mainan.

4. Waktu belajar tak perlu lama tapi harus rutin. Ajak anak menentukan kapan waktu yang mereka inginkan sebagai waktu belajar mereka.

5. Terapkan sanksi tegas dan konsisten saat anak melanggar kesepakatan yang telah dibuat.

6. Berikan reward atau penghargaan jika anak konsisten belajar atau bahkan meraih prestasi membanggakan.

7. Jangan menetapkan target tertentu pada anak. Misalnya harus juara satu, menang ini dan itu. Target itu justru akan membebani anak dan membuat mereka merasa tidak nyaman. Hargailah setiap pencapaian yang diperoleh anak apapun itu.

8. Bantu anak menemukan kelebihan diri dan ajak mereka mengembangkan kemampuan itu agar menjadi prestasi yang membanggakan. Lewat sebuah prestasi, anak akan makin percaya diri.

9. Berusahalah untuk selalu memompa semangat anak lewat pujian dan perhatian.

10. Jika di sekitar rumah, banyak anak yang seusia dengan anak Anda, dorong untuk membuat sebuah kelompok belajar. Lewat kelompok belajar dengan anggota anak yang seusia, anak biasanya akan lebih semangat belajar.

11. Luangkan waktu untuk mendampingi anak dan minta anak menganggap Anda sebagai teman belajar mereka. Katakan pada anak untuk tidak ragu menanyakan pelajaran yang sulit dan bantulah anak mempelajarinya. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah mampir, silahkan tinggalkan komentar Anda