18 Agustus 2008

Jangan Remehkan Nyeri Perut Bawah dan Diare

Foto: www.never-age.com

KESEHATAN saluran cerna merupakan hal yang tak bisa diremehkan. Sebab, lewat organ tersebut, seseorang bisa mendapatkan nutrisi untuk kelangsungan hidup.

Yakni lewat makanan yang masuk dalam tubuh untuk selanjutnya diolah menjadi zat yang dibutuhkan tubuh.

Artinya, jika kesehatan organ tersebut terganggu, suplai nutrisi ke dalam tubuh juga akan terganggu.





Hanya saja, meski penting, orang cenderung tidak terlalu peduli dengan kesehatan organ yang satu ini.


Hal itu bisa dilihat dari masih banyaknya orang yang mengalami masalah dengan pencernaan. Baik saluran cerna atas maupun saluran cerna bawah.

Selain masalah kesehatan saluran cerna atas khususnya lambung, saluran cerna bawah yakni usus juga kerap mengalami masalah.

Salah satunya adalah peradangan. Baik peradangan akibat infeksi maupun non infeksi.

"Peradangan usus akibat infeksi biasanya disebabkan virus, bakteri, maupun protozoa. Misalnya akibat mengonsumsi makanan yang tercemar virus, bakteri, protozoa, dan sebagainya," ungkap dr Arief Koswandi SpPD, dokter spesialis penyakit dalam Rumah Sakit Awal Bros (RSAB) Batam.


Infeksi tersebut akan terjadi ketika seseorang dalam kondisi tubuh yang tidak fit.

Sebab, jika tubuh fit infeksi tak akan mudah menyerang meski yang bersangkutan mengonsumsi makanan tercemar virus, bakteri maupun protozoa.

Mengenai gejala yang kerap menyertai penyakit ini antara lain, nyeri perut bagian bawah, diare, perut terasa mules, terkadang disertai demam, serta kembung.

Pada kondisi tertentu, penderita akan mengalami gangguan BAB (buang air besar) yakni berak air, lendir layaknya ingus bahkan disertai darah. Jika BAB sudah disertai darah biasanya penyakit sudah lumayan parah.

Ketika penderita mengalami infeksi tersebut, tak jarang yang bersangkutan juga mengalami rasa sakit pada tulang serta otot tubuh.

Hal itu merupakan bentuk reaksi inflamasi atau reaksi peradangan dari zat sitokin yakni zat yang diproduksi tubuh untuk melawan virus yang mengakibatkan infeksi tersebut.

Jika dilihat dari gejala secara keseluruhan, terkadang memang ada kemiripan antara gejala akibat radang saluran cerna atas layaknya radang lambung. Terlebih, tak jarang radang usus juga membuat penderitanya muntah-muntah.

Namun, gejala yang paling khas yang bisa menjadi penanda radang usus adalah rasa nyeri perut bagian bawah serta gangguan BAB.(*)






Infeksi Ringan Bisa Sembuh Sendiri


JIKA dilihat dari kondisinya, radang usus akibat infeksi bisa dibedakan menjadi dua kategori. Yakni infeksi ringan dan berat.

Dikatakan ringan jika derita penyakit yang dirasakan terjadi sekitar tiga hingga lima hari.

Dan bila diare terjadi lebih dari lima hari bisa dikategorikan sebagai infeksi berat. Terutama jika gejala yang menyertai diikuti diare berkepanjangan.

"Infeksi ringan yang terjadi akibat virus biasanya akan sembuh sendiri setelah lima hari. Berbeda dengan infeksi akibat bakteri. Untuk menuntaskan infeksi ini penderita perlu diberikan antibiotik,"kata dr Arief Koswandi SpPD.

Namun, untuk memastikan penyebab infeksi yang terjadi pada usus tersebut, penderita sebaiknya berkonsultasi dengan dokter. Khususnya jika penderita mengalami diare berkepanjangan.

Sebab, diare berkepanjangan akan mengakibatkan dehidrasi atau kekurangan cairan. Apalagi, jika menimpa manula ataupun anak-anak.

Kehilangan cairan yang berlebihan pada manula dan anak-anak akan membuat mereka mengalami dehidrasi atau kekurangan cairan.

"Dehidrasi akibat diare berkepanjangan tak hanya akan mengakibatkan penderita pingsan tapi juga bisa berdampak buruk pada organ lain. Sebut saja gagal ginjal, gagal jantung dan sebagainya,"jelas dr Arif.

Itu karena, diare akan membuat seseorang kehilangan elektrolit, natrium serta kalium. Jika kadar zat-zat tersebut dalam tubuh rendah, bisa membuat penderitanya mengalami dehidrasi, pingsan atau bahkan koma.

Selain itu, baik manula maupun anak-anak memiliki ketahanan tubuh yang lebih lemah dibandingkan orang dewasa.

Sehingga, ketika terjadi infeksi, kuman bisa saja menyebar ke organ tubuh lain melalui darah yang berujung pada komplikasi penyakit lain.

Itulah kenapa sangat penting untuk melakukan konsultasi dengan dokter untuk dilakukan sejumlah pemeriksaan pendukung. Sebut saja pemeriksaan feses serta cek darah.

Melalui pemeriksaan feses akan diketahui ada tidaknya bakteri penyebab infeksi dalam usus. Misalnya bakteri E Coli, disentri, amoba, dan sebagainya.

Sementara cek darah dilakukan untuk mengetahui jumlah sel darah putih dalam tubuh. Sebagaimana diketahui, peningkatan sel darah putih secara signifikan, bisa menjadi indikasi adanya infeksi dalam tubuh.

Berdasarkan hasil pemeriksaan itu, dokter baru bisa menentukan tindakan medis apa yang paling tepat untuk mengatasi radang usus tersebut.(*)



Diare Disertai Darah Lebih dari Tiga Minggu

SELAIN peradangan akibat infeksi, peradangan non infeksi juga kerap menjadi pemicu gangguan kesehatan usus.

Dan jika dilihat penyebabnya, yang paling sering adalah akibat gangguan sistem imunologi atau kekebalan tubuh.

"Dalam kondisi normal, antibodi atau kekebalan tubuh seharusnya bertugas melindungi tubuh dari serangan kuman penyebab penyakit. Namun, pada kondisi ini antibodi justru menyerang usus dan menyebabkan peradangan,"jelas dr Arief Koswandi SpPD.

Jika radang usus akibat infeksi bisa diketahui secara pasti penyebabnya, radang non infeksi berbeda.

Sebab, hingga kini penyebab kenapa antibodi bisa menyimpang dari semestinya belum diketahui.

Selanjutnya, mengenai gejala klinis yang kerap menyertai radang usus yang kerap menimpa kaum laki-laki ini salah satunya adalah diare lebih dari tiga minggu.

Diare itu biasanya juga disertai lendir atau darah. Tergantung kondisi peradangan yang terjadi.

"Untuk menegakkan diagnosa pasti terkait gejala klinis yang terjadi, biasanya dilakukan biopsi melalui colonoscopy atau teropong usus. Lewat teropong tersebut akan diketahui apakah peradangan yang terjadi akibat non infeksi atau tidak,"jelas dr Arief.

Sebab, jika radang usus terjadi akibat infeksi virus atau bakteri, diare yang menyertai peradangan biasanya tak akan terjadi lebih dari tiga minggu. Itulah kenapa perlu dilakukan colonoscopy guna mengetahui secara pasti penyebab peradangan.

"Bila memang ditemukan peradangan non infeksi dalam usus, maka harus segera dilakukan pengobatan medis. Sebab, jika dibiarkan berlanjut, akibatnya bisa fatal yakni pendarahan hingga bocor usus yang hanya bisa diatasi lewat operasi pemotongan usus agar kuman tak menyebar,"jelasnya.(*)





1 komentar:

Terimakasih sudah mampir, silahkan tinggalkan komentar Anda